Kamis, 29 Januari 2015

UNTUKMU WAHAI SAHABATKU



Mengenalmu adalah hal terindah dalam hidupku
Bersamamu adalah hal terbaik bagiku
Bercanda denganmu adalah kesukaanku
Mengenangmu adalah bagian dari hidupku

Ardha Fiany
Wardatul Alfiani. Alfi, aku memanggilnya. Nama ini mulai ku kenal sejak aku berada di MADTSANEGTA (Madrasah Tsanawiyah Negeri Tanjungtani Prambon Nganjuk).  Dia lahir tanggal 30 Januari 1997.
Dia berasal dari negeri sebrang, sebuah negeri yang terkenal akan produk petrokimianya. Kala itu, tanggal 12 Juni 2009 untuk pertama kali ku berjumpa dengannya. Dia terlihat lugu. Dari jauh, tampak dia tersenyum padaku. Aku membalas senyuman manis itu. Sempat ku menawarkan diri padanya, sedianya dia mau duduk disampingku. Tapi, dia telah mempunyai janji dengan temannya yang bernama M_U.
Berawal dari itulah kisah kami dua bersaudara bermula. Hari demi hari ku lewati bersamanya. Seiring berjalannya waktu, kami saling mengenal satu sama lain. Tak tersadar banyak kesamaan pada diri kami, bahkan kami juga satu ekstra. Dia adalah teman dikala suka maupun duka.
Kami bak pinang dibelah dua, dimana ada aku disana ada dia. Pernah suatu saat, guru sastra Indonesia kami yang bernama Bu Ocha menjelaskan tentang wawancara. Kemudian Bu Ocha mengeluarkan selembar surat sakti. Lalu beliau memanggil namaku. Ternyata bukan cuma diriku, melainkan dia pula.

Tapi, 

Kebahagiaan itu seolah sirna. Ketika tercipta suatu bencana yang tak tau dari mana asalnya, bak semburan lumpur yang datang secara tiba-tiba.
Tepat diakhir semester I, persahabatan kami berada diujung tanduk. Selain itu, hp baruku juga hilang. Sudah jatuh tertimpa tangga pula. Sebuah peribahasa yang sekiranya cocok untuk menggambarkan apa yang kurasa kala itu.
Dia yang dulu bukanlah yang sekarang
Dulu ku disayang sekarang ku dibuang
Itulah yang ku rasa saat itu, sendiri dalam sepi di bawah sinar mentari pagi.


Senyum,
ya, tersenyum.
Mungkin itulah yang bisa kulakukan.
Walau senyum yang terpancar dariku hanyalah isapan jempol belaka. 
Karena jauh dilubuk hatiku, jiwa ini rasanya ingin memberontak. Mengapa semua ini terjadi? Air mata yang senantiasa bercucuran seperti air terjun yang selalu mengucur deras dari sebuah lembah yang tak berpenghuni.
Air mata yang membuatku lelah, yang membuat diri ini semakin lemah.
Hatiku semakin hancur setelah kutahu bahwa beberapa temanku sebenarnya tau siapa yang telah mengambil hp ku. Tapi mereka diam tanpa kata, bak orang yang tunawicara. Padahal salah satu diantara temanku itu pernah menuliskan sebuah kalimat yang sarat akan makna dibuku ku. Tapi apa mau dikata, sesal diakhir tiadalah guna.
Dalam hati, aku bertanya-tanya. Inikah yang namanya sahabat? Kenapa semua hadir seakan tanpa henti? Apa karena Tuhan sedang mengujiku? Atau mungkin menghukumku? Yang jelas saat itu aku tak tau.
Memasuki semester II peristiwa ini masih berlangsung jua, seperti sebuah sinetron lengkap dengan cerita dari sang sutradara.
Tidak ada perubahan level kebaikan di semester ini, justru sebaliknya. Keadaan semakin memanas mengalahkan panasnya sang surya. Masalah ini tak jua menemui solusinya.


Lelah kurasa, aku bingung kemana aku harus melangkahkan kakiku. Dunia terasa sempit bagiku, sampai ku tak tau kemana arah dan tujuanku. Ya Rabb, tunjukkanlah jalan-Mu pada hamba-Mu.


Aku tak tau apa salahku
Tapi kucuba untuk tetap sabar menantimu
Aku yakin Allah Maha Tahu
Apa yang terbaik untukku

Memasuki semester 5 perubahan mulai kurasa, ini jelas beda dari sebelumnya. Seakan dia mulai mendekat kepadaku, seakan taburan wirid dan doaku merasuki kalbu temanku itu. Dia seolah terhipnotis olehku. Hingga maha guru berujar padaku, “selamat Khumairok, Allah mengabulkan doamu”.

Ya, Allah itu Adil. Tapi terkadang kita yang kurang memahami. Tanpa kisah ini kami tiada arti sebagai seorang insani. Karena tanpa disadari kami telah mendapat sebuah nikamt, yakni nikmat untuk berjuang!
 

Sekarang kami menjadi sepasang sahabat yang telah terpatri erat sekalipun berkarat. Ternyata lika-liku ini merupakan bumbu persahabatan kami, bahkan karena itu semua persahabatan kami mampu bertahan hingga hari ini esok dan nanti. Karena kami adalah dua bersaudara!

Doaku akan selalu menyertaimu wahai saudaraku. Yakinlah bahwa apa yang kita lakukan hari ini pasti akan kita tuai esok hari. "Karena yang namanya hasil tidak akan pernah menghianati usaha", kata Hirza.


#Just for you Wardatul Alfiani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar